Minggu, 10 Januari 2010

Hati ini milik siapa?

Pagi itu aku tertidur pulas tak ada yang menganggu, pagi hilang siang pun datang dan siapa sangka temanku Kiki datang mengajakku ke pasar untuk membeli ayam karena hari ini Kiki ulang tahun yang ke 19. Sungguh aku lupa kalo hari ini ulang tahunnya. Aku diajak kerumahnya untuk membantu Kiki. Aku bertemu Arie di depan gang sekolahku dan Kiki ngobrol denganya.

“ Rie nanti dateng ke rumah ya “, pinta Kiki.

“ Ya “, jawabnya singkat.

Aku tak berani menatap mukanya karena dia masih marah padaku lalu Kiki menjalankan motornya dan aku melirik kearah Arie. Dia marah padaku karena tasnya tak ku kembalikan atau suau masalah yang pernah terjadi saat ku tlah jatuh cinta lagi kepada seorang pria yang dewasa walaupun dia hanya sebatas adk kelas ku. Semenjak itu aku tak bereni bertemu denganya. Kiki dan aku berjalan kerumah Paul dan ternyata disana ada Jay lagi bantuin Paul.

“ selamat ulang tahun ya “, Paul berkata sembari salaman dan cium pipi Kiki.

Jay pun melakukan hal yang sama seperti Paul.

“ eh ya nanti malam dateng yake rumah “, kata Kiki.

“ ya nanti gw ga bisa dateng gw kedepok bantuin saudara gw “, jawab Paul.

“ paling malaman gw dateng “, lanjutnya.

“ tapi lo datangkan Jay sekalian ajak Rouf“, lanjut Kiki.

Tak lama aku dan Kiki sudah ada dirumah blonk disana ada Budi, Gendom dan Jay. Jay ternyata naik sepeda ke rumah blonk. Dan Kiki pun mengajak mereka untuk datang kerumah Kiki nanti malam.

“ datang ya sekalian ajak Ende dan Rahmad “, kata Kiki.

Tak begitu lama aku ngobrol dengan mereka hp Kiki berdering itu dari Ibunya Kiki. Kiki disuruh pulang untuk membantu Ibunya.Aku dan Kiki pulang kerumah Kiki. Aku kesana untuk membantu tetapi tidak karena aku tak bisa memasak dan aku hanya melihat Ibunya Kiki menggerus bumbu aku hanya bisa mengambilkan apayang diperlukan oleh Ibunya Kiki.

Tak berapa lama Sandra datang dan dia juga membantu Ibunya Kiki. Kami disana memasak dan sambil bercanda – canda, tak terasa sudah jam 4 aku belum sholat lalu aku ambil saja air wudhu dan sholat. Selesai Sandra menggoreng tahu aku pulang diantarkan oleh Sandra sampai jembatan. Aku langsung mandi dan Plaza Depok untuk beliin kado buat Kiki. Aku pergi bersama adikku Danang. Kami berdua beli Al- Qur’an dan satu novel setelah itu aku pulang ke Mini Market adik ku membeli makanan kecil dan kami berdua pulang naik ojek, aku langsung membukus kado dengan kertas kado lalu aku telepon Riki tetapi Rikinya tidak ada lalu aku telepon ke Hpnya tapi yang angkat cewenya dan aku matiin aja.


Aku kirim sms lewat Hp saudaaraku aku bilang telepon aku jam setengah sembilan dan dia telepon.

“ halo Astrinya ada ? “, tanya Riki.

“ ni Astri. Oh ya Ki diudang ma Kiki ke ulang tahunnya sekarang Riki bisa datang ga ? “, tanya aku.

“ sory ya adenya endah ulang tahun jadi aku ga bisa datang ke ulang tahun Kiki jadi Riki nitip salam aja ya sama yang lainnya “, jelas dia sambil menutup teleponnya.

“ ya udah ya Tri. Assalamu’alaikum “, tambahnya.

“ ya udah wa’alaikumsalam “, jawabku malas.

Jujur aku mengajak Riki hanya untuk pamer pada Arie karena disangka aku ingin balik lagi sama Arie. Ya cukup kecewa dan jadinya malas datang, setelah Riki menelpon aku langsung berangkat dengan naik ojek. Disana kulihat sudah ada Arie dan kawan – kawannya pacar Kiki jadi udah rame aku masuk dan memberikan kado yang kubelikan tadi sore.

“ hi met ulang tahun ya “, kataku.

“ ya makasih ya “, jawab Kiki.

“ Astri makan sana “, suara Ibu Kiki terdengar dari dalan.

“ ya Tante “, jawabku singkat.

“ Sandra mana Ki ? “, tanyaku.

“ ga tahu dia belom datang kok “, jawab Kiki.

Setelah aku mengobrol aku makan dengan teman – temanku dan aku mengajak Arie dan sepertinya dia masih marah dengan ku.

“ lo ga makan “, tanyaku, tapi dia hanya bisa terdiam dan aku yang malah diledek sama teman – teman.

“ kok gw ga ditawarin masa Arie doang “, ledek Jay.

Aku hanya bisa tertawa kecil.

“ Tri Erwin mana ? “, tanya Ibunya Kiki.

“ ga tahu Tante“, jawab ku.

“ tolong cariin gih ma Jay “, pinta Ibunya Kiki.

“ ya udah Tante astri jalan “, jawab ku.

“ sekalian ajak Kiki “, tambah Ibunya Kiki.

Dalam sekejab aku sudah berada diluar dengan Jay dan Kiki sedang minta izin dengan Mul kekasihnya, kami berangkat sambil mengobrol.

“ ih nyusahin aja sih ki si Erwin kan gw mau makan “, aku mengerutu.

“ mang abis dari tadi dia ga mau gabung ma anak – anak dan ngeliatin anak – anak nya sinis lagi “, tambah Jay.

“ mang nyusahin biarian aja. Ah bodo amat “, Kikipun kesal.

Kami sudah berjalan hingga pertigaan rumah Kiki.

“ dah balik aja orang kayak gitu dicariin “, jawabku kesal.

Lalu kami pulang dan langsung makan bersama sambil mengobrol. Dan tak berapa lama setelah aku nonton Rahmad datang dan dia tersenyum padaku aku membalas senyuman itu. Kenangan itu muncul lagi dalam benak ku sesaat terdiam.

Aku duduk disamping Erwin yang kebetulan sudah pulang. Erwin kebelakang dan mengambil makanan dan kembali ke tempat duduk semula dan dia menawariku.

“ makan de “, kata Erwin.

Aku hanya bisa tersenyum kecil dan aku kesal.

“ panggil gw ade lagi mang kapan nyokap gw ngeluarin anak kaya lo “, gerutu ku dalam hati. Dan dikagetkan oleh kata Ibunya Kiki.

“ Tri Kiki mana ? “, tanya Ibunya Kiki.

“ ada diluar sama Mul “, jawab ku santai.

“ beli cola – cola sana sama Kiki “, kata Ibu Kiki.

“ Ki nyokap lo panggil “, kata ku.

Tak lama Sandra datang dengan Febri kekasihnya dan saat itu aku sedang ngobrol dengan Kiki dan Mul.

“ Ki itu yang namanya Erwin “, sambar Sandra setelah masuk kedalam untuk salaman dengan Ibunya Kiki.

“ ih jutex amat Ki “, tambah Sandra.

“ emang dari tadi menyusahin tau ga “, kata ku.

“ mang dia ngapain “, tanya Sandra penasaran.

Aku menceritakan semua bersama Kiki disana sambil membeli cola – cola, Sandrapun mulai kesal.

“ mendingan kita pukulin bareng – bareng yuk “, kata Sandra kesal.

“ gw ikut “, tambahku.

“ udah jangan diladenin orang kaya gitu “, kata Mul pelan yang dari tadi mendengar percakapan kami.

“ jangan dikeluarin nanti aja kalo udah malam – malaman “, kata Ibunya Kiki.

Sesaat kami terdiam dan aku kedalam untuk mengambil air minun dan karena aku malas duduk samping dia aku duduk bareng Rahmad. Awalnya aku hanya ngobrol dengan Budi dan Ende tapi aku sempat menatapnya dan dia membalas tatapan ku dengan senyum.

“ sok tahu banget mang ga ada yang lain lagi yang diomongion ya “, Rahmad kesal.

Aku dan Ende hanya bisa saling menatap.

“ oh ya gimana kabar Indah “, tanyaku.

“ yah Indah mulu “, ledek Ende.

“ mang ngapa De “, tanyaku tapi Ende hanya bisa tersenyum padaku.

“ gimana ma Arie “, Rahmad tanya.

“ lo ngomongin dia lagi gw pulang nih “, jawabku kesal.

“ yah udah “, jawabnya sambil tersenyum.

Disana aku jadi bahan ledekan anak – anak karena orang yang pernah kusuka dua – duanya ada disana. Kesalku lagi si Jay juga ikut godain karena itu aku hanya bisa terdiam dan tersenyum kesel.

“ duh Astri pantesan anteng ada Rahamad “, ledek Fajar.

“ Hee hee”, aku tersenyum kesel.

Rahmad yang dari tadi melihatku bertingkah aneh karena disitu juga ada Arie.Rahmad pun tersenyum melihat tingkahku. Karena Jay pindah aku jadi pindah ke bangku sebelah sambil ngobrol.

“ lo bener – bener putus sama Indah “, tanyaku.

“ Iya “, jawabnya singkat.

“ gimana cowo lo ? “, tanya Rahmad.

“ udah males semuanya sama aja “, jawabku.

“ eh gw ga sama lho “, bela Rahmad.

“ sama aja pernah nyakitin hati w “, jawabku.

“ kapan gw nyakitin hati lho “, tanya Rahmad.

Ende yang dari tadi hanya bisa mendengarkan kami dia tersenyum lalu bergabung dengan kelompok Jay dan Gendom yang dari tadi hanya asyik dengan Hpnya.

Sesaat aku terdiam karena mengenang tiga hari bersamanya di cilember, Cisarua.

“ waktu itu lo bilang lo da putus ma Mega dan lo dah males pacaran ma dia “, aku mulai mengenang.

“ yang mana gw ga ingat “, jawabnya.

“ ingat ! waktu lo ngasih gw surat yang tintanya warna merah yang isinya, lo nyangka gw marah sama lo dan lo ga akan ngelupain apa yang terjadi di Cilember “, jelasku.

“ emang “, dia makin penasaran.

“ waktu pulang lo bilang ma gw, gw bukan hanya pelarian semata. Itu saat liburan sekolah tapi beberapa minggu saaat masuk sekolah lo belom mutusin gw tapi lo mlah deket sama anak Smk. Wakktu gw tanya gimana hubungan kita lo jawab ga tau ya udah gw diemin “, jelasku panjang lebar.

“ iya semuanya mang bener tapi lonya aja “, jawabnya.

“ gw kenapa “, tanya ku.

Pembicaraanku terputus karena dia mau pulang.

“tunggu berapa nomor telepon lo ? “, tanyaku cepat.

Aku catat di Hpnya Kiki dan kuberi nama Amad. Karena aku tak yalkin kalo dia udah putus dengan Indah, aku berlari keluar.

“ loga boong lo dah putus ma Indah “, tanyaku.

“ Iya “, jawabnya singkat.

“ demi apa “, tanyaku lagi.

“ demi lo “, jawabnya sambil memegang tangaku.

Saat kulihat kedepan ada Arie yang sedang mengobrol dengan temanya. Aku acuh terhadap Arie karena senyuman dan genggeman tangannya membuat jatuh hati lagi padanya.

Satu persatu anak – anak pada pulang dan yang tinggal hanya aku, Jay, Mul, Sita dan teman – teman Mul. Disana kami ngobrol hingga Mul pamit pulang dan jam sudah menujuk jam satu malam. Abis itu aku beres – beres dan menunggu Ayah Kiki yang belom pulang dari kondangan aku menunggu sambil menonton Tv, tak lama Ayah Kiki pulang aku dan Kiki pindah kekamar Kiki diatas disana Kiki cerita.

“ Ki, mang bener ya Arie di duainma cewenya “, tanyaku.

“ Iya tadi sebelom lo datang dia cerita ma gw “, jawabnya.

Aku bingun dan aku menceritakan semuanya waktu aku ngobrol ma Rahmad.

“ Iya Tri dia bilang begitu“, Kiki heran.

“ Iya “, jawabku singkat.

“ bearti dia minta balik “, kata dia.

Sesaat ku terdiam memikirkan apa yang terjadi.

“ dah tidur ga usah dipikirin mang bigitu, bingun milih siapa ya? “, tambahnya.

Aku hanya bisa menatap Kiki dan aku tidur pulas disana. Jam setengah eman aku bangun aku kesiangan, lalu aku sholat subuh dan liatin Kiki yang sedang nyapu.

“ yah pagi – pagi bengon udah ga usah bengon pilih aja dua – duanya “, kata Kiki mengagetkanku.

Aku masih bingun apakah benar yanh terjadi semalam yang Rahmad minta balik padaku dan Arie yang sudah putus dengan cewenya. Aku pulang dianterin pakai motor dan saat aku tidur aku belum percaya apa yang terjadi dan aku berpikir aku ini milik siapa.

Mungkin hati ini hanya untuk satu hati

Tapi apa daya cinta telah melanda hati

Ingin kularikan hati tuk tak ingin mengenal cinta lagi

Aku hidup dalam kasih sayang

Bukan untuk cinta manusia

Tapi untuk Dia yang memberikan cinta

Jagakarsa, 16 juni 2005.

Jumat, 08 Januari 2010

Kangen

Hari – hari terasa begitu sepi saat Edi pindah rumah dan sibuk bekerja. Entah kenapa hati ini rindu ingin sekali bertemu dan bercanda tawa dengannya, sudah sebulan Edi meninggalkan ku unuk sebuah pekerja dan tanpa kabar Edi pergi bagai ditelan bumi. Malam ini aku bermimpi bertemu Edi, aku bercanda tawa dan bermain di sebuah tempat hiburan di jakarta. Siapa sangka pagi harinya aku bertemu dengan Edi, senyumannya yang khasnya terlempar dari wajah manisnya walaupun hanya bertemu sebentar dengan dirinya. Aku melihatnya saat dia sedang duduk dipinggir kali dan berbicara dengan temannya lalu aku menghampirinya dan duduk disampingnya dan ngobrol sebentar.

“ hi, apa kabar ? “, tanya ku.

“ baik “ jawab Edi singkat.

“ baru bangun ya “, tanya ku lagi sambil menatap wajahnya yang terlihat letih.

“ ya “, jawaban yang sangat singkat keluar dari mulut Edi.

Tak lama aku mengobrol Yudhi datang dan aku pergi karena aku tak suka melihat tingkahnya.Saat malam datang aku senang melihat gaya Edi dengan memakai celana olah raga dan kaos putih serta langkahnya yang tegap membuatku kagum dan membuatku kehilangnya karena keceriaannya membuat hidupku leih ceria karena sosok Edi yang menjadikan aku seorang yang tegar da tidak cegeng. Lalu kulihat cicin yang pernah kuminta saat aku ulang tahun waktu aku masih bersamanya tiga tahun yang lalu masih melekat dijari tengahku. Kupandangi cicin itu dan kenangan pun mulai muncul dalam lamunanku.

“ halo Indahnya ada “, tanya Edi.

“ Ya ni aku, ada apa Di “, jawab aku tanpa menanyakan namanya terlebih dahulu karena aku tak asing lagi dengan suaranya.

“ kapan ujian “, tanya Edi.

“ aku udah ujian tinggal nunggu pengumuman. Kenapa ? “, jawab ku.

“ ga cuma nanya trus kapan pengumumannya ? “, tanya Edi.

“ tanggal 30 juni “, jawabku.

Tapi sedang asyik – asyik aku ngobrol dengan Edi telepon kantornya berbunyi tanda ada telepon masuk jadi aku ngobrol hanya sampai sini lalu Edi menutup teleponnya.

” ada telpon masuk tuh!”, ucap Edi.

” udah biarin aja”, jawab Indah.

” ga boleh gitu terima dulu sana, siapa tau penting. Ya dah ya.”, uca Edi sambil menutup telponnya.

Entah kenapa aku merasa kesepian saat Edi pindah rumah dan sudah beberapa hari Edi tidak telepon ku dan tidak main kerumahku. Tepatnya pada minggu ketiga bulan juni, hati ini mulai enar-benar merindukan canda tawanya dan senyuman manisnya. Malamn ini aku bermimpi bermain dengannya, entah kenapa aku rindu padahal aku sudah punya kekasih dan aku pun sayang terhadap kekasihku. Tapi kenangan yang Edi berikan padaku tak kunjung hilang. Saat dianyer, saat dicibubur, saat aku sedih, saat aku senang dengannya, perlahan aku ingin bertemu dengannya tapi Edi terlalu sibuk dan tak mau bertemu denganku karena aku sudah punya kekasih. Kring…….kring… handphoneku berdering, ternya namaya Edi yang muncul dalam ponselku lalu langsung aku angkat.

“ hi dah, lagi ngapain ? “, tanya Edi.

“ lagi nonton “, jawabku.

“ ga kerja ? “, tanya aku balik.

“ ga baru bangun tidur “, jawab nya.

“ kok ditempat kerja tidur sih, emang ga dimarahin ? “, tanya aku sewot.

“ kan ga ada yang kerja jadi cuma jagain aja “, jawab Edi.

“ tapi hari minggu bisa ikutkan main volley ? “, tanya aku.

“ ga. kan gw kerja “, jelas Edi.

“ kok lo ga bilang kalo ga ikut kalo gitu gw ga ikut “, jawab.

“ emang kenapa ? “, tanya Edi.

“ gw juga males tau habis ga ada lo “, jawab ku memelas.

Sejenak terdiam Karena ada telepon masuk dan kami berdua ganti topik.

“ nanti malam ada rapat datang ya kalo ga datang gw marah sama lo “, pinta ku.

“ nanti gw pulang malam gw ga bisa “, jawabnya nyatai.

“ ok sekarang lo gitu, udah rumah pindah ga pernah telepon, ga pernah main dan sekarang lo sombong. Mentang – mentang rumah lo pindah, lo jadi sombong ma gw dan sok sibuk lagi “, jelasku sewot.

“ gw ga mau tahu nanti malam lo harus datang kalo ga gw marah sama lo “, tambah ku.

“ insya Allah “, jawabnya lemas.

“ ga niat banget jawabnya “, aku sewot lagi.

“ udah dulu ya “, Edi potong pembicaraan.

“ ya udah. Da da “, jawab ku.

Tak terasa aku lupa mengepel rumah dan kerjaanku ku percepat karena aku harus latihan Volley lagi untuk pertandingan besok. Malampun tiba aku datang rapat dan aku duduk dipojok. Saat aku berbicara dengan temanku, tak sengaja aku mendengar suara yang tak asing lagi bagiku dan teakan ku tak meleset dan Edi datang, dan dia tersenyum padaku. Saat itu aku hanya bisa mendengar suaranya dan tak bisa menatap wajahnya tapi sesekali aku memalingkan mataku kehadapannya.

Saat rapat selesai dia begitu cepat pulang dan aku tak sempat untuk ngobrol dengannya. Malamnya aku latihan nyanyi untuk tujuh belasan nanti ersama teman-teman karang taruna. Aku pulang jam 12 malam aku langsung tidur. Hari minggu yang melelahkan bagiku harus latihan volley, mengaji dan pertandingan volley. Aku berharap salah satu dari penonton Edi datang dan saat ku pandanganku mengelilingi lapangan ternyata Edi tak datang serta kekasihku pun tak datang. Akupun tak bersemangat sekali untuk pertandengan kali ini dan aku hanya bisa melemparkan senyum kecil. Aku berteriak – teriak mendukung Rtku dan untuk menghilangkan kejenuhanku. Saat pulang badan dan tanganku terasa amat sakit karena belum sering main volly jadi bengkak. Sesampaiku di rumah aku telepon Edi ternyata di belum tidur. Aku ngobrol saja sama dia.

Keheningan malam membuat aku jauh dan

Rasa yang dulu takut ku rasakan akhirnya kurasakan

Mentari jauh dalam kegelapan

Hati ang hidup kini tlah lumpuh….

Ingin ku cari tongkat untuk bersandar

Namun ku jatuh lagi…

Akupun mencoba menata hatiku lagi

Tapi tak pernah bisa

Karena kenanganmu terlalu indah untuk ku lupakan

“ hi, kemarin kok ilang gitu aja sich mang kemarin kemana ? “, tanya ku tanpa basa basi.

“ pulang soalnya udah malam “, jawab Edi.

“ kok ga bareng sich gw kan mo ngobrol sama lo “, tanya ku.

“ nanti yang dirumah marah lagi “, jawab Edi.

“ biarin aja, abis dia seharian ga ada dirumah “, jawab ku sewot.

“ mang kemana ? “, tanya Edi.

“ ga tahu “, jawabku malas.

“ lagi nonton ya “, tanya ku.

“ iya “, jawabnya singkat.

“ kayanya seru yang ditonton dari pada yang diajak omong “, aku mulai sewot.

Aku ga tahu dia jawab apa habisnya telepon ku rada – rada rusak jadi ga kedengeran.

“ gw nelepon lo kan mo ilangin bt tapi malah diledekin ma lo jadi tambah bt tau “, lanjut ku sewot.

Ga lama kemudian Edi mematikan TVnya. Sejenak aku terdiam, aku menyinggung hal yang kemarin.

“ mentang – mentang gw dah punya cowo trus gw ga boleh ngobrol sama lo ga boleh jalan sama lo “, aku marah. Entah dia jawab apa karena teleponku rusak.

“ cicin lo aja bisa 3 tahun sama gw tapi lo ga bisa sich “, lanjut ku.

“ besok pulang jam berapa ? “, tanya ku.

“ jam 5 “, jawabnya singkat.

“ gw ga mau tau besok lo main kesini “, kataku sambil manja.

“ insya Allah “, jawabnya lemas.

“ ih ga niat banget ya, gw ga mau tau lo harus datang kalo ga gw marah “, jawab ku kesal.

“ kan cape jalan kesana “, jawab nya.

“ sekarang bukan aja sok sibuk tapi juga banyak alasan ya “, jawabku sewot.

Karena ada telepon masuk aku menyudahinya.

“ gw ga mau tau besok datang kalo ga gw marah ga pake banyak alasan. Ya udah ada telepon masuk da da “, pintaku.

Ternyata dari Riki teman ku yang ku kenal lewat chatingan dan dia bilang Ibunya masuk rumah sakit.Sesudah itu aku tidur dan sambil kupandangi cicin yang Edi beri padaku. Apakah sampai disini sebuah kasih sayang yang sudah terjalin sejak padangan pertama, aku sadar mungkin aku sayang padanya tapi sayang aku sudah punya kekasih dan apakah salah aku menyayangin dua orang lelaki yang dapat mengubah hidupku. Aku tanya kabar Edi, kepada sodaranya dan ternyata dia sudah pindah ke Bekasi. Mungkin saat itu aku kaget mendengarnya, karena dia tidak pernah telepon aku lagi tapi, dia telepon kerumah saat aku tak ada dirumah. Mungkin rindu ini hanya dapat kupendam dan ingin kukatakan lewat malam dingin dan burung merpati katakan padanya bahwa aku rindu padanya.

Andai dunia tahu siapa jodohku

Pasti aku kan setia

Andai kau tahu aku merindu

Pasti kau kan datang

Kan kubawa rindu ini melalui merpati kecil

Agar mengatakan bahwa aku rindu

Bawa aku keduniamu

Datanglah kasih

Srengseng Sawah, Juni 2005.

Bandung Bimbang

Hari ini aku pergi jalan – jalan ke Bandung. Aku berangkat dari rumah jam eman lewat dikitlah, aku dianterin sama Agus saudaraku. Setelah sampai aku ketemu Ria didepan sekolahan langsung aja aku kerumah Kiki.

“ Nur mana, Ya ? “, tanyaku.

“ ga tahu dia ga datang kerumah gw “, katanya bingun.

“ tadi malam dia telpon gw katanya besok dia kerumah lo dan gw bilang jam setengah tujuh harus sampai rumah Kiki “, jelasku padanya.

Aku masuk dan bersalam pada orang tuanya Kiki tapi Kiki sedang mandi dan Ria pulang untuk nungguin Nur, tetapi waktu aku keluar Ria dan Nur sedang jalan kearah rumah Kiki. Kami ngobrol dan tak lama Paul datang tak lama lagi Mia datang. Setelah itu Kiki keluar dan makan diluar setelah itu kami berangkat ternyata ketemu Gendom di depan sekolahan. Kami berangkat dengan rasa senang ternyata setelah sampai katanya tinggal kami yang ditunggu.

“ eh lo pada ditungguin tau “, kata Sandra yang dari tadi menunggu kami.

“ mang yang lain da datang “, tanyaku.

“ udah tinggal lo “, jawabnya.

“ oh “, jawab Nur.

“ kita duduk dimana ? “, tanyaku.

“ tuh disitu “, tunjuk Sandra.

“ Nur temenin gw donk “, kata Mia karena duduk sendirian.

Kami duduk dan Mia duduk dengan guru Tata Negara Bu Mur namanya.

“ udah temenin ibu disini “, kata Bu Mur.

Saat waktu aku bertiga sedang cerita Pak Yadi guru Matematika.

“ bawa makanan banyak ga “, tanya Pak Yadi.

“ ga “, jawab kami serentak.

“ saya deket kamukan saya kirain bawa makanan banyak “, ledek Pak Yadi.

Kami kembali terdiam lalu aku menengok kebelakang dan bertanya sama Mia.

“ mang bener dia diduain ya ? “, tanyaku.

“ ya “, jawabnya singkat.

“ dah lama ya ? “, tanyaku lagi.

“ ya udah ada sebulan “, jawabnya.

“ ohh “, aku membulatkan bibir.

Kami berangkat dan sembari menunggu wali kelasku Bu Yayu, kami berhenti dilenteng untuk membeli aqua gallon dan menunggu wali kelasku. Beberapa saat Bu Yayu sudah berada dalam, semua anak yang berada di mobil bersorak.

“ hu…………. “, dengan serentak.

“ Ibu pulang nih “, jawab Bu Yayu.

“ ya gitu aja ngambek “, aku berkata.

“ biarin “, jawab Bu Yayu.

Setelah itu BuYayu membagi – bagikan kue dan aqua, ya seperti biasanya Pak Sule dengan wajah bertekuk. Aku hanya bisa melihatnya, sesaat aku menengok kebelakang aku melihat Rahmad dan dia tersenyum padaku.

“ cape “, katanya dari jauh.

“ mang datang jam berapa ? “, tanyaku.

“ jam eman “, jawab Rahmad sambil memberitahu dengan jarinya.

Ya udah aku kembali keposisiku semula dan ngobrol berasama teman – temanku.

“ Nur, Ariekan diduain ma cewenya ! “, kataku.

“ Iya “, jawabnya.

“ Rahmad jaga da putus ma Indah “, kataku lagi.

“ kasihan banget “, katanya.

Kami bertiga kembali ngobrol seperti biasa dan saat Nur mendengar itu dia hanya bisa tersenyum padaku. Dan sesaat aku menengok kebelakang dan senyuman itu datang lagi dan kenangan pun muncul, aku diam sejenak, menutup mata aku pun tertawa sendiri. Untuk menghilangkan kejenuhan aku membaca novel yang ku bawa. Aku baca dan ternyata jenuh banget. Aku minta obat antimo karena aku tidak biasa menggunakan ac. Saat perjalanan aku hanya bisa terdiam, aku mendengar suara dari belakang yang tak asing bagiku perlahan aku menengok ternyata Arie aku reflek kembali keposisiku. Lalu aku ngobrol dan Wali kelasku dulu bilang.

“ Astri mau nikah “, katanya.

“ ma siapa ? “, tanyaku reflek.

“ ma Paul “, jawabnya.

“ ahh “, aku sangat kaget.

Aku hanya bisa tersenyum mendengar lelucon itu. Kala bis berhenti aku turun untuk buang air kecil. Disana aku lihat Pak Kholid juga ada.

“ bawa uang ga ? “, tanyanya sambil mengeluarkan uang dua ribu.

“ bawa “, jawabku.

“ ya masa dah dikeluarin dimasukin lagi “, tambahku saat melihat Pak Kholid memasukan uangnya.

Tapi setelah aku berkata uang yang tadi dia berikan padaku dan aku menunggu giliran kebelakang. Setelah selesai aku naik bis dan duduk disamping Mia yang dari tadi sendirian. Aku duduk bertiga dengan Gendon yang sibuk dengan Koran bola yang baru dipijam dari Bu Mur. Aku memainkan Hpnya Mia tetapi sesaat aku melihat kebelakang dan melihat Rahmad tetap dibelakangku. Dia tersenyum padaku dan aku balik tersenyum. Sahabatku asyik mengobrol dengan Berlin yang baru pindah kedepan. Aku asyik ngobrol sesaat aku tertidur dan aku tak tahu Paul sudah ada disampingku. Aku bercerita apa yang tadi Pak Kholid omongin.

“ Ul, masa gw katain mau nikah ma lo “, kataku.

“ kata siapa ? “, tanyanya.

“ kata Pak Kholid “, jawabku.

Paul langsung kearah Pak Kholid dan berkata.

“ Pak jadi ga “, katanya.

“ kamu mau “, jawab Pak Kholid.

“ Bapak jadi saksi ya “, kata Paul.

“ bearti besok bawa roti ayam “, jawab Pak Kholid.

Setelah bercanda selesai aku pindah keposisi semula dan aku hanya bisa melihat pemandangan keluar dan aku hanya bisa terdiam.

Aku duduk dipinggir Subbahanallah begitu indahnya alam diluar sayang hujan rintik membahasahi dedaunan. Kami sudah sampai di Tangkupan perahu, tetapi kami makan siang dahulu dan setelah itu aku, Nur dan Adi mencari mushola untuk sholat. Setelah itu aku turun dan menaruh tas dibis lalu kami naik keatas dengan mobil yang kabnya terbuka sangat disayangkan hujan membasahi jilbab biru dongkerku yang terasa amat lembab aku, Nur, Ria, Adi, Mia mencari tempat teduh kami akhirnya bergabung dengan guru diatas kami bercanda tawa kemudian Nur memainkan kameranya.

Aku bercanda dengan Rahmad lalu aku berfoto dengannya walaupun hujan deras dia sangat perhatian denganku.

“ Tri kan basah yang belakang “, kata Pak Kholid.

Akupun tersenyum.

“ kesinian “, kata Rahmad.

Mungkin kaget mendengar itu tapi aku tersenyum manis padanya sambil berjalan kedepan dia.

“ udah dikasih tempat malah disitu “, bentak dia.

“ iya iya “, jawab pelan.

Lalu aku bergeser kearah belakang tembok dan mulai ngobrol.

“ kemarin gimana lanjutannya ? “, tanya Rahmad.

“ yang mana “, tanyaku balik.

“ yang di rumah Kiki “, katanya.

“ ya lo gimana “, kataku.

“ ya kalo gimana ? “, tanya Rahmad.

“ kok ditanya malah balik tanya “, jawabku sewot.

Selagi ku bercanda dengan Rahmad yang dari tadi memperhatikan kami dia ingin mengabil fotoku dengan Rahmad.

“ Tri lo mau difoto ma Pak Kholid “, kata Nur.

Aku hanya bisa tersenyum. Aku menunggu redanya hujan dan sesaat aku mencari Rahmad dan dia hilang bagai ditelan bumi. Hati kembali meragu tuk bersamanya. Hujan pun telah reda aku dan teman – temanku serta guruku berlari kearah mobil seperti berangkat tadi. Siapa sangka aku duduk membelakangi Arie tapi disaat aku mencari Rahmad tak kudapati tetapi dia dimobil lain yang tetap tersenyum padaku.

Sebenarnya ingin sekali foto berdua dengan Rahmad tapi apa daya saat kuterbangun aku sudah sampai di tempat semula dan aku ingin aku naik bis karena hujan semakin deras. Aku duduk bersama temanku dan aku kembali melamun.

“ Tri, jadi ga foto ma Arie “, tanya mia yang membuyarkan lamunanku. Kemudian Arie berjalan kearah aku dan duduk disampingku. Mia mengambil hp dan memotret kami

“ Nur sekalian “, kataku.

Nur pun memotret kami. Aku kembali terdiam dan aku mencari Rahmad, saat itu bis masih sepi ingin duduk disampingnya apa daya hati tak ingin memihak siapapun. Beberapa saat Arie dan Mia kembali duduk disampingku dan ingin ku pindah tapi sahabatku melarangku tuk bergabung.

“ Nur gw disitu “, kataku.

“ udah disitu aja “, jawab nya sambil senyum – senyum.

“ ngapain sih pindah “, kata Arie padaku.

“ oo “, jawabku.

Aku terdiam hati kesal tapi apa boleh buat aku duduk dipinggir dan Arie ditengah. Kala ku lihat kebelakang Rahmad mengajakku tuk duduk disampingku tapi apa daya aku hanya wanita yang tak sanggup tuk menerima dua cinta sekaligus.

“ maafkan aku cinta ingin kuraihmu tapi tak sanggup tangan ingin menggapaimu, ingin hati ini berbagi tapi apa daya tak ingin aku sakit karena cinta “, kataku dalam hati.

“ tas gw mana ? “, tanya Arie membuyarkan lamunanku.

“ kan da gw bilangin tas lo buat kenangan gw “, jelasku.

“ trus kenangan buat gw apa ? “, tanya nya.

Aku terdiam aku kembali terdiam dan melihat pemandangan diluar ternyata kota Bandung tuh bagus tapi sayang sebuah kenangan kan kembali membuat ku takut tuk jatuh cinta.

Tak lama aku sudah berada diciamplelas. Aku turun dan berjalan mencari mushola dan aku berjalan bersama teman – temanku dan aku jalan bersampingan dengan Arie teman sekelas ku tertatap aneh apalagi Rahmad yang berseling jalan denganku dan menatapku marah. Lama kuberjalan tak kutemukan Mushola dan aku memasuki toko satu persatu tapi tak ada yang kami beli kami lalu kembali kebis. Arie memanggilku dan dia minta dibelikan tas lalu belikan tas itu karena aku tak enak tasnya hilang saat itu dan aku tak berani jujur padanya. Setelah kembali aku foto – foto dengan anak – anak dan aku foto dengan Paul diparkiran mobil dan aku kenaik mobil dan bertanya pada Pak Kholid.

“ Pak da sholat ? “, tanya ku.

“ udah “, jawabnya singkat.

“ ya mang dimana Musholanya “ , tanyaku.

Tak lama aku dan Adi turun dari bis dan mengikuti Pak Kholid.

“ ni disini“, katanya.

“ ooo “, kataku serentak dengan Adi.

“ wudhunya dimana Pak ? “, tanyaku.

“ itu “, jawabnya sambil menunjuk kearah tempat wudhu wanita.

Dengan cepat ku berwudhu karena takut kehabisan waktu.

Akhirnya selesai juga dan aku kembali ke bis dan aku ngobrol dengan teman – temanku. Aku duduk sembari melihat teman – temanku diluar bis yang asyik bercanda tetapi usai sudah semuanya akhirnya kami semua naik kedalam bis dan pulang ke Jakarta. Belum lama bis jalan ada dua pengamen menaiki bis kami dan menyanyikan lagu Sheila on 7, karena kepala sekolah ingin memberi penguman jadi terhenti.

“ anak – anak bapak minta perhatiannya “, kata kepala sekolah.

“ saya mohon kita semua berdoa agar kita semua lulus dalam ujian “, jelas.

“ amin “, serentak anak – anak berteriak.

“ dan Bapak mohon kalian sering – sering datang kesekolahan untuk mencari informasi “, lanjut nya.

Setelah itu pengamen itu meneruskan lagu yang judulnya manusia biasa yang dinyanyiin Radja.

“ Tri cakep juga ya “, kata Kiki yang dari tadi memperhatikannya.

“ ya lumayan “, jawabku.

“ bang nengok sini dong “, ledek Kiki.

“ Ki ingat ma yang dirumah “, kataku.

“ mata boleh kenama – mana tapi hati tetap satu “, jawabnya.

Tapi siapa sangka pengamen itu mengengok.

“ Ki dia nengok tu “, kataku.

“ manis juga ya “, kata Kiki.

Pengamen itu hanya bisa tersenyum dan ternyata manis juga senyumnya yang mengingatkan ku pada Rahmad. Lagu terakhir lagu Halo – halo Bandung kami serenpak ikut bernyanyi. Dan kami memberikan uang dan ternyata berakhir juga lalu mereka turun berbarengan dengan turunnya hujan di Bandung.

“ Ki Rahmad minta balikan gimana dong tapi Arie kayanya iya “, aku mulai berbicara.

“ ya terserah lo “, jawabnya.

“ Tri sebentar gw mo duduk ma Kiki “, kata Sandra.

Aku pindah dan duduk dengan sahabatku akupun mulai ngatuk dan aku tak bisa tidur karena Arie yang dari tadi mengajakku untuk duduk disampingnya dan aku menolaknya. Tak terasa aku sudah berada di pasar Minggu dan Rahmad turun tanpa pamit padaku dan ku kira dia marah padaku. Akupun terdiam dan aku ingin sekali melihat senyum manisnya tapi mungkin hanya impian yang tak sempurna.

“ Nur Amad marah ma gw “, kataku kepada sahabatku.

“ lagian lo “, jawabnya singkat.

Tak lama aku sudah berada didepan rumah Paul aku turun berlima dan membeli nasi goreng. Aku pulang dengan baju sedikit basah dan aku sampai di rumah katanya ada yang nyariin.

“ Tri ada Ibunya teman kamu telepon, katanya kalo dah sampai suruh telepon kerumah “, kata Ibuku.

“ siapa mananya “, tanyaku.

“ ga tau Mia ga tahu siapa “, jawabnya.

“ Mia mang Ibu lo tahu nomor telepon sini “, tanyaku pada Mia.

“ ga tahu “, jawabnya.

“ ya udah makan dulu “, kataku.

“ ga deh Tri gw langsung pulang aja “, kata Mia.

“ kan ujan Mi “, jawabku.

“ ga pa – pa. masih ada angkot ga ? “, tanya Mia.

“ ga ada paling Cuma ojek “, jawabku.

“ dah besok aja bareng anak – anak “, kataku.

“ ga usah gw ga enak ma bokin gw “, jelasnya.

“ ya udah terserah “, kataku.

Aku anter Mia sampai dia mendapatkan ojek lalu aku pulang.

“ eh kekamar gw yuk “, aku mengajak Nur dan Ria.

Kami berjalan kekamar dan makan. Selesai itu aku sholat dan meminjam hp Bapak.

“ Mia kacau ya “, kata Nur memulai pembicaraan.

“ nanti kalo emak gw yang telepon gimana ? “, kata Ria.

“ ga mungkin nyokap lo pasti dah tahu lo nginep di rumah Astri “, Nur sewot.

“ eh lo telepon aja nih pake hp bokap “, kataku.

“ berapa nomornya ? “, tanyaku.

Ria menyebutkan aku menekan nomor yang di tuju. Ternyata tidak aktif dan lalu aku ingat kalo Rahmad marah padaku. Tak berapa lama aku telepon Rahmad entah siapa yang angkat ku tanya dia belom pulang dan saat ku coba telepon lagi dimatikan.

“ bener Amad marah ma gw “, kataku.

“ mang lo telepon ? “, tanya Nur.

“ iya tadinya dia belom pulang trus yang barusan dimatiin “, jelasku.

“ ya lagian lo “, ledek Ria.

Selesai makan aku dan Nur sholat lalu kami tidur. Tapi aku telepon Arie.

“ hi dah balik? “, tanya yang langsung mengenal suaranya.

“ dah “, jawabnya singkat.

“ kehujanan ya “, tanyaku lagi.

“ ya gitu deh. Eh Mia da disitu ga ? “, tanyanya.

“ ga da pulang naik ojek “, jawabku.

“ tadi dijalan gw ketemu ma Ibunya “, katanya.

“ ga tahu tadi ada yang telepon gw katanya Ibunya Mia tapi dari siapa Ibunya nomor telepon gw “, jelasku.

“ dari gw “, jawabku singkat.

“ ya uda tidur “, kataku menutup pembicaraan.

“ ya uda da da “, katanya.

Aku dan teman – temanku masih bercanda.

“ benerkan Ibunya Mia ga mungkin Ya Ibu lo Ya “, ledek Nur.

“ tapi kalo dicariin gimana ? “, katanya polos.

“ ya ujung – ujungnya rumah Astri “, jawabnya Nur.

Sesaat aku dan nur cerita Ria sudah tertidur lelap. Nur pun mulai menutup mata. Hanya aku yang menerawang jauh, hati ini bingun tuk menentukan satu pilihan.

Andai Bandung membatuku pasti aku tak kan tersesat

Bandung memang membuat hati ini bimbang

Aku ingin cinta yang sesungguhnya bukan hanya buaian semata

Aku ingin terbang bersama cinta sejati

Ooh hujan bantulah aku tuk siapa hati ini

Ooo langit biru tujukan tukku hati yang indah

Aku tak ingin sayapku patah tuk cinta sesaat

Aku lelah tuk merapikan sayanpku

Aku ingin mengepakan sayap yang megah dan indah ini

Hanya tuk mengapai cinta dan cita ku yang sehati

Bandung 23 Juni 2005

surat untuk My Mather

assalamu’alikum…

mah apa kabar……?

semoga kau baik-baik saja disana, karena aku tau ada yang lebih baik dari aku yang pernah menjagamu….

mah….

aku hanya ingin bilang selamat hari ibu mah…

maaf aku hany bisa ucapkan itu…

tahun lalu aku anakmu hanya bisa membeli kan sesuatu yang tak begitu berharga….

2 tahun lalu aku hanya bisa membantumu dalam pekerjaan rumah tangga..

tapi tahun ini aku hanya bisa memberimu doa dari sini…

aku tau pasti kau dengar itu…

mah…

di hari ibu ini tepat 100 hari kau tingal kan aku…

aku bignun dan aku iri…

ketika pagi2 aku melihat tivi…

mereka selalu membanggakan ibunya…

dan teman-teman aku juga memberikan hadiah special untuk ibunya…

tapi aku memang anak yang tak berbakti…

hanya bisa mendoakanmu dari sini….

tapi ingin ku selalu ada disampingmu untuk membanggakanmu dihadapan orang lain….

dan bisa memberikan hadiah special untuk mu…

mah…………

mulai saat ini aku tak akan ngeluh …..

aku akan bangga mempunyai mama sepertimu…

aku akan membenggankan sampai dunia tau….

aku ini anak mama…..

mah sekali lagi aku hanya bisa mengucapkan

selamat hari ibu
maaf kan aku hanya bisa mengucapkan…

dan aku hanya bisa mendoakan mu agar kau selalu dijaga olehNya…..

PUISI UNTUK MAMA

selamat hari ibu mah….

larutnya malam membuatku mengenang dirimu….

terangnya matahari mengingatkan ku………

akan dirimu…

yang begitu cantik dan anggun…

mah…

kau yang terhebat bagi ku……..

andai saja kau masih di sisi ku

aku akan mengarungin lautan agar ku bisa membalas jasa mu…

tapi sayang walaupun aku mati aku tak akan bisa membalas jasa-jas mu…

mah……

a love u mahhh,………
Desember 22nd, 2008 by astri86

Kamis, 07 Januari 2010

........kembalikan...

seirngin waktu berjalan...
inginku melupakan semua yang kau lakukan padaku...
namun tak sangguo ku lupakan....


berharap kencangnya angin kereta malam
dapat merubah semua kenangan menjadi kenyataan...
berharap rintiknya hujan dapat membasahi hatimu
untuk memintaku kedalam pelukanmu...

sepi...
sendiri...
hanya gambar yang ku panjang didinding yang menghiasi kerinduanku...

saat kau ada...
saat itu kegembiraanku datang..
walau wajah sendumu...
yang selalu menyiratkan kesedihan....

ya ALLAH...
kembalikan dia padaku...
aku ingin hari-hariku seperti dulu...
yang punya tujuan hidup....
karena tanpanya, akupun tak dapat berdiri tegak...
tanpa senyumany, suniaku hilang...
tanpa diamnya, hatiku hilang....

ya ALLAH.......
kembalikan dia padaku....