Rabu, 30 Juni 2010

IPD

Apakah IPD?
IPD adalah merupakan sekelompok penyakit yang terdiri dari:
• Radang Paru-paru (Pneumonia)
• Radang selaput otak (meningitis)
• Infeksi darah (Bakterimia)
• Sepsis (kelanjutan infeksi darah yang dapat mengakibatkan syok dan kegagalan fungsi organ tubuh.
Penyakit-penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Apakah Penyebab IPD?
IPD disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae (Pneumokokus) yang menyebabkan kematian utama satu juta bayi dan balita setiap tahunnya di seluruh dunia. IPD terbanyak menyerang bayi dan anak-anak dibawah usia 2 tahun.
Gejala-gejala IPD
1. Radang Paru (Pneumonia) – demam tinggi, nyeri dada saat bernafas, batuk berdahak, denyut nadi cepat, lemah, lemas dan sesak nafas. Kadang-kadang disertai mual, muntah dan nyeri kepala. Pada bayi biasanya ditandai dengan rewel dan kurang nafsu makan.
2. Radang selaput otak (meningitis) – demam tinggi, kejang, gelisah, lesu, muntah, nyeri kepala, gangguan kesadaran hingga koma.
3. Infeksi darah (bakterimia) – gejalanya akan lebih berat karena merupakan komplikasi dari pneumonia dan dapat mengakibatkan meningitis.
4. Sepsis – dapat mengakibatkan syok septic, kegagalan fungsi organ tubuh dan kematian.
Apakah IPD dapat diobati?
IPD dapat diobati dengan pemberian antibiotika dosis tinggi, tetapi saat ini banyak bakteri S. pneumoniae yang sudah kebal terhadap beberapa antibiotika, sehingga semakin mempersulit pengobatannya. Walaupun bisa sembuh tapi dapat menimbulkan dampak seperti kelumpuhan dan kehilangan pendengaran.
Apa akibat Meningitis yang ditimbulkan oleh IPD?
Meningitis pneumokokus dapat menyebabkan kematian dan kecacatan yang permanent berupa:
• Ketulian
• Retardasi mental
• Kemunduran inteligensi
• Kelumpuhan
• Gangguan syaraf
Siapa saja yang dapat terserang?
IPD sebenarnya dapat menyerang siapa saja dan dimana saja karena bakteri pneumokokus secara normal berada di dalam rongga hidung dan tenggorokan. Dapat menjadi ganas pada kelompok umur yang rentan yaitu bayi dan anak-anak dibawah usia 2 tahun.
Bagaimana Penularannya?
Penularannya melalui percikan ludah, ketika orang yang sudah terinfeksi kuman S. pneumoniae itu batuk, bersin ataupun berbicara.
Bagaimana melindungi bayi dari IPD?
Caranya dengan memberikan vaksin pneumokokus dimulai pada usia 2 bulan.
Apakah vaksin ini aman?
Reaksi umum yang ditimbulkan oleh vaksin pneumokokus sama seperti semua jenis vaksin. Pada studi klinis, reaksi umum dari vaksinasi yang paling banyak dilaporkan adalah demam ringan, rewel dan kemerahan (rash) pada kulit.

berbagai sumber...

terima kasieh karna kau tela mencintai ku...

terima kasieh karna kau tela mencintai ku....
kau datang membawa kisah baru untuk ku
kau datang untuk memberikan aku kehidupan yang indah

terima kasieh karna kau tela mencintai ku.......
kau berikan pelukan yang mesra padaku
kau genggam erat tangan ku seoalah aku tak ijinkan aku pergi
kau berikan kecupan manis disetiap mimipiku

terima kasieh karna kau tela mencintai ku............
maafkan aku yang tak sempurna....
maafkan yang selalu membosankan
maafkan aku yang menyebalkan
maafkan aku yang tak mengerti mau mu
dan maafkan aku atas segalanya..
karena aku hanya wanita biasa yang tak luput dari semua itu


.........kembalikan...

seirngin waktu berjalan...
inginku melupakan semua yang kau lakukan padaku...
namun tak sangguo ku lupakan....


berharap kencangnya angin kereta malam
dapat merubah semua kenangan menjadi kenyataan...
berharap rintiknya hujan dapat membasahi hatimu
untuk memintaku kedalam pelukanmu...

sepi...
sendiri...
hanya gambar yang ku panjang didinding yang menghiasi kerinduanku...

saat kau ada...
saat itu kegembiraanku datang..
walau wajah sendumu...
yang selalu menyiratkan kesedihan....

ya ALLAH...
kembalikan dia padaku...
aku ingin hari-hariku seperti dulu...
yang punya tujuan hidup....
karena tanpanya, akupun tak dapat berdiri tegak...
tanpa senyumany, suniaku hilang...
tanpa diamnya, hatiku hilang....

ya ALLAH.......
kembalikan dia padaku....


Hepatitis B

Penyakit Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang berbahaya di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Walaupun terdapat 7 macam virus Hepatitis yaitu A, B, C, D, E, F dan G, hanya Hepatitis B dan C yang berbahaya karena dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati.

Penularan Hepatitis B dilakukan melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B. Penularan biasanya terjadi melalui beberapa cara antara lain, penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik, maupun penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama. Di dunia ini, setiap tahun sekitar 10 juta hingga 30 juta orang terkena penyakit Hepatitis B. Walaupun penyakit Hepatitis B bisa menyerang setiap orang dari semua golongan umur tetapi umumnya yang terinfeksi adalah orang pada usia produktif. Ini berarti merugikan baik bagi si penderita, keluarga, masyarakat atau negara karena sumber daya potensial menjadi berkurang.

Selama ini ada dua cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi. Salah satu pengobatan oral yang populer untuk penyakit ini adalah obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal dengan nama 3TC. Sedangkan pengobatan secara injeksi yang saat ini sedang dikembangkan dalam bidang kedokteran nuklir baik skala industri maupun akademik adalah proses terapi yang dilakukan dengan menyuntikkan microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar sinar ß yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya.

Microsphere sendiri didefinisikan sebagai partikel berbentuk bola berskala mikron, yang terbuat dari bahan keramik, kaca atau polimer sebagai pengungkung gas, larutan atau padatan dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik. Saat ini, microsphere radioaktif yang telah digunakan dalam kedokteran nuklir terbuat dari gelas sebagai bahan pengungkung dan Itrium-90 atau Phosporus-32 sebagai radionuklida yang dikungkung. Tetapi bahan pengungkung yang berupa gelas ini akan tetap tertinggal dalam waktu yang lama sekalipun proses radioterapi telah selesai, karena tidak dapat diadsorpsi oleh tubuh. Pengunaan polimer biodegradable seperti polilaktat (polylactic acid, PLA), poliglikolat (poyglycolic acid, PGA), dan derivatnya sedang dikembangkan karena memiliki banyak keuntungan seperti, dapat didegradasi oleh proses hidrolisis dalam tubuh dan dalam waktu sekitar satu bulan akan diabsorbsi sehingga tidak meracuni tubuh (biocompatible).

Microsphere dapat dibuat dengan berbagai metode seperti emulsifikasi, pemisahan fasa dan spray drying. Tetapi pembuatan microsphere dengan metode emulsifikasi mempunyai keuntungan lebih yakni akan mendapatkan microsphere dengan diameter sesuai dengan yang diinginkan sehingga dapat digunakan sebagai pengungkung (drug delivery) radiofarmaka. Untuk karakterisasi microsphere yang dihasilkan dari berbagai metode pembuatan diatas, dapat dilakukan dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) untuk mengetahui diameter microsphere yang dihasilkan, X-Ray Difractometer (XRD) untuk mengetahui kristalinitas dari microsphere, dan Simultaneous Thermal Analysis (STA) yang bertujuan untuk mengetahui informasi transisi termal yang terjadi dalam polimer sehingga kita dapat mengontrol sifat dan kemampuan dari suatu microsphere apakah layak atau tidak digunakan sebagai drug delivery.

Pengembangan microsphere di Indonesia, sejauh ini terus dalam proses penelitian agar dapat diaplikasikan dan diproduksi oleh industri. Dari hal ini, diketahui bahwa penelitian tentang microsphere belum berakhir sampai ditemukan microsphere yang benar-benar efektif mengukung obat sampai ke target sasaran, tanpa efek samping, proses sintesis yang mudah dan cepat dan tentunya dengan peralatan dan biaya yang murah. Hal ini pun menjadi tantangan yang menarik bagi para peneliti dan mahasiswa untuk mewujudkannya. Selamat Mencoba dan Meneliti …!

Dafar Pustaka

* Dinas Kesehatan DKI Jakarta. 2006. Hepatitis B. Diakses 23 Juni 2006 Pkl. 18.30 WIB (www.google.com/hepatitis B)
* Gunawan, Indra, Sudaryanto, Aloma K, Rochmadi dan Nurul E.E. 2005. Pengaruh bilangan weber pada pembuatan microsphere berbasis polimetil metakrilat, Jurnal Sains Materi Indonesia Vol. 6 No. 2, P3IB BATAN.
* Ringoringo, S. Victor. 2006. Sistem Penyampaian Obat Terkontrol. Diakses 23 Juni 2006 Pkl. 18.30 WIB
* Sudaryanto, Sudirman, Aloma K. 2003. Pembuatan Microsphere Berbasis Polimer Biodegradable Polilaktat, Prosiding Simposium Nasional Polimer IV 8 Juli 2003, hal. 181-188.
* Suprayitno, Adi. 2005. Pembuatan Microsphere yang Diisi Holmium Trioksida. Laporan Praktek Kerja Lapangan. P3IB BATAN Serpong. Banten
* Suprayitno., Adi, Sinly Evan Putra, Hernawan. 2006. Pembuatan Microsphere Polimer Berbasis Asam Polilaktat Sebagai Drug Delivery dengan Menggunakan Metode Emulsifikasi. PKMPI DIRJEN DIKTI 2006. Jakarta


Ditulis oleh Adi Suprayitno pada 05-07-2006

Selasa, 29 Juni 2010

F I L A R I A S I

Filariasis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah ) yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehingga memnjadi beban keluarga, masyarakat dan negara. Di Indonesia penyakit Kaki Gajah tersebar luas hampir di Seluruh propinsi. Berdasarkan laporan dari hasil survei pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di 647 Puskesmas tersebar di 231 Kabupaten 26 Propinsi sebagai lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Hasil survai laboratorium, melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata Mikrofilaria rate (Mf rate) 3,1 %, berarti sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar 100 juta orang mempunyai resiko tinggi untuk ketularan karena nyamuk penularnya tersebar luas. Untuk memberantas penyakit ini sampai tuntas

WHO sudah menetapkan Kesepakatan Global ( The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health problem by The Year 2020 (. Program eliminasi dilaksanakan melalui pengobatan missal dengan DEC dan Albendazol setahun sekali selama 5 tahun dilokasi yang endemis dan perawatan kasus klinis baik yang akut maupun kronis untuk mencegah kecacatan dan mengurangi penderitanya. Indonesia akan melaksanakan eliminasi penyakit kaki gajah secara bertahap dimulai pada tahun 2002 di 5 kabupaten percontohan. Perluasan wilayah akan dilaksanakan setiap tahun. Penyebab penyakit kaki gajah adalah tiga spesies cacing filarial yaitu; Wucheria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Vektor penular : Di Indonesia hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres yang dapat berperan sebagai vector penular penyakit kaki gajah.

Cara Penularan :
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria atau binatang reservoir yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaiki gajah ini melalui dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahap kedua perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoair.
Gejala klinis Filariais Akut adalah berupa ; Demam berulang-ulang selama 3 ? 5 hari, Demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat ; pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiap (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit ; radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis) ; filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah ; pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema). Gejal klinis yang kronis ; berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).

Diagnosis
Filariasis dapat ditegakkan secara Klinis ; yaitu bila seseorang tersangka Filariasis ditemukan tanda-tanda dan gejala akut ataupun kronis ; dengan pemeriksaan darah jari yang dilakukan mulai pukul 20.00 malam waktu setempat, seseorang dinyatakan sebagai penderita Filariasis, apabila dalam sediaan darah tebal ditemukan mikrofilaria. Pencegahan ; adalah dengan berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk vector ( mengurangi kontak dengan vector) misalnya dengan menggunakan kelambu bula akan sewaktu tidur, menutup ventilasi rumah dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk semprot atau obat nyamuk baker, mengoles kulit dengan obat anti nyamuk, atau dengan cara memberantas nyamuk ; dengan membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk ; membersihkan semak-semak disekitar rumah.

Pengobatan :
secara massal dilakukan didaeah endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albenzol sekali setahun selama 5 / 10 tahun, untuk mencegah reaksi samping seperti demam, diberikan Parasetamol ; dosis obat untuk sekali minum adalah, DEC 6 mg/kg/berat badan, Albenzol 400 mg albenzol (1 tablet ) ; pengobatan missal dihentikan apabila Mf rate sudah mencapai < 1 % ; secara individual / selektif; dilakukan pada kasus klinis, baik stadium dini maupun stadium lanjut, jenis dan obat tergantung dari keadaan kasus.

Sekilas tentang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Kapan seorang bayi dikatakan bayi berat lahir rendah (BBLR)?
Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-30% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain.
Hingga saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir.

Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-30% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Hingga saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir.

Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR meninggal dan 50% meninggal saat bayi.
Mengapa? BBLR rentan terhadap kekurangan nutrisi, infeksi, dan keterlambatan perkembangan saraf.
Ada 2 tipe BBLR

1. Prematur yaitu bayi yang lahir lebih awal dari waktunya (kehamilan < 37 minggu)
2. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi memiliki berat badan kurang
Apa penyebab BBLR?

Sesuai dengan tipenya, BBLR tipe KMK disebabkan oleh :
Ibu hamil yang kekurangan nutrisi
Ibu memiliki hipertensi, preeklamsi, atau anemia
Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu
Malaria kronik, penyakit kronik
Ibu hamil merokok

Sedangkan BBLR tipe prematur disebabkan oleh
Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan kembar
Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya,
Cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu menahan berat bayi dalam rahim)
Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage)
Ibu hamil yang sedang sakit
Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya.
Bilamana BBLR perlu dirawat di rumah sakit?

berat badannya kurang dari 1800 gram
usia kehamilan kurang dari 34 minggu
sulit minum
sakit
Permasalahan Bayi Prematur

Risiko yang dapat Terjadi
1. Jangka Pendek

* Hipotermia. Hipotermia (suhu bayi 37,5°C) dapat meningkatkan metabolisme, dan menyebabkan dehidrasi.
* Hipoglikemia (Kadar Gula darah kurang dari normal)
* Paru belum berkembang (bayi menjadi sesak napas)
* Gangguan Pencernaan (mudah kembung karena fungsi usus belum cukup baik)
* Mudah terkena infeksi (Sistem imunitas bayi belum matang)
* Anemia (bayi kelihatan pucat oleh karena kadar hemoglobin darah rendah)
* Mudah kuning
* Perdarahan otak
* Gangguan jantung

2. Jangka panjang

* Gangguan pertumbuhan
* Gangguan perkembangan
* Gangguan penglihatan (retinopati akibat prematur)
* Gangguan pendengaran
* Penyakit paru kronik

Semakin muda usia kehamilan semakin besar risiko jangka pendek dan jangka panjang tersebut terjadi.
Perawatan bayi prematur di rumah
1. Utamakan pemberian ASI

ASI mempunyai keuntungan yaitu kadar protein tinggi, laktalbumin, zat kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak esensial, laktosa, dan oligosakarida. ASI mempunyai faktor pertumbuhan usus, oligosakarida untuk memacu motilitas usus, dan perlindungan terhadap penyakit. Dari segi psikologik ASI meningkatkan ikatan antara ibu dan anak.
Formula standar untuk BBLR menyerupai ASI tetapi kekurangan antibodi dan faktor pertumbuhan. Formula prematur mempunyai kandungan kalori, protein, dan mineral yang lebih tinggi dibanding formula untuk bayi cukup bulan.
Bayi kecil juga rentan kekurangan nutrisi, fungsi organnya belum matang, kebutuhan nutrisinya besar, dan mudah sakit hingga pemberian nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh kembang optimal.
2. Hindarkan suhu tubuh yang rendah (hipotermia) dengan cara:

* Metode Kangguru. Metode yang tepat dalam merawat BBLR, yakni dengan kangaroo mother care atau metode kanguru. Metode kanguru adalah perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya. Caranya: Bayi diletakkan dalam dekapan ibu dengan kulit menyentuh kulit, posisi bayi tegak, kepala miring ke kiri atau ke kanan. Keunggulan metode ini: bayi mendapatkan sumber panas alami (36-37o C) terus menerus langsung dari kulit ibu, mendapatkan kehangatan udara dalam kantung/baju ibu, serta ASI menjadi lancar. Dekapan Anda adalah energi bagi si kecil. Pada bayi berat badan lahir sangat rendah (kurang dari 1000 g) metode kanguru ditunda sampai usia 2 minggu, atau sampai keadaan si bayi stabil. Kriteria bayi kecil yang dapat menggunakan metode ini:
o Bayi sehat
o Berat lahir antara 1500-2500 g,
o Suhu tubuh stabil (36,5 – 37,5o C),
o Bayi dapat menetek,
o Grafik berat badan cenderung naik.
* Bayi dibungkus kain hangat dan kepalanya diberi topi.
* Bayi kecil atau bayi sakit diletakkan di ruang hangat (tidak kurang dari 25o C).
* Pastikan tangan selalu hangat saat memegang bayi.
* Bila popok atau kain basah, harus selalu diganti.

3. Hindarkan kontak terhadap orang/lingkungan yang berisiko tinggi
4. Cuci tangan sebelum memegang bayi
5. Pakailah masker bila kondisi badan sakit sebelum memegang bayi
6. Lakukan pemijatan bayi secara rutin (tanyakan dokter tentang caranya)
7. Hubungi dokter atau bawa ke rumah sakit bila terdapat tanda kurang baik, misalnya: bayi malas minum, napas cepat, badan panas, bertambah kuning, dan bila ada kejang.

Terima Kasih Semoga Bermanfaat

source: http://www.anakku.net/