Minggu, 10 Januari 2010

Hati ini milik siapa?

Pagi itu aku tertidur pulas tak ada yang menganggu, pagi hilang siang pun datang dan siapa sangka temanku Kiki datang mengajakku ke pasar untuk membeli ayam karena hari ini Kiki ulang tahun yang ke 19. Sungguh aku lupa kalo hari ini ulang tahunnya. Aku diajak kerumahnya untuk membantu Kiki. Aku bertemu Arie di depan gang sekolahku dan Kiki ngobrol denganya.

“ Rie nanti dateng ke rumah ya “, pinta Kiki.

“ Ya “, jawabnya singkat.

Aku tak berani menatap mukanya karena dia masih marah padaku lalu Kiki menjalankan motornya dan aku melirik kearah Arie. Dia marah padaku karena tasnya tak ku kembalikan atau suau masalah yang pernah terjadi saat ku tlah jatuh cinta lagi kepada seorang pria yang dewasa walaupun dia hanya sebatas adk kelas ku. Semenjak itu aku tak bereni bertemu denganya. Kiki dan aku berjalan kerumah Paul dan ternyata disana ada Jay lagi bantuin Paul.

“ selamat ulang tahun ya “, Paul berkata sembari salaman dan cium pipi Kiki.

Jay pun melakukan hal yang sama seperti Paul.

“ eh ya nanti malam dateng yake rumah “, kata Kiki.

“ ya nanti gw ga bisa dateng gw kedepok bantuin saudara gw “, jawab Paul.

“ paling malaman gw dateng “, lanjutnya.

“ tapi lo datangkan Jay sekalian ajak Rouf“, lanjut Kiki.

Tak lama aku dan Kiki sudah ada dirumah blonk disana ada Budi, Gendom dan Jay. Jay ternyata naik sepeda ke rumah blonk. Dan Kiki pun mengajak mereka untuk datang kerumah Kiki nanti malam.

“ datang ya sekalian ajak Ende dan Rahmad “, kata Kiki.

Tak begitu lama aku ngobrol dengan mereka hp Kiki berdering itu dari Ibunya Kiki. Kiki disuruh pulang untuk membantu Ibunya.Aku dan Kiki pulang kerumah Kiki. Aku kesana untuk membantu tetapi tidak karena aku tak bisa memasak dan aku hanya melihat Ibunya Kiki menggerus bumbu aku hanya bisa mengambilkan apayang diperlukan oleh Ibunya Kiki.

Tak berapa lama Sandra datang dan dia juga membantu Ibunya Kiki. Kami disana memasak dan sambil bercanda – canda, tak terasa sudah jam 4 aku belum sholat lalu aku ambil saja air wudhu dan sholat. Selesai Sandra menggoreng tahu aku pulang diantarkan oleh Sandra sampai jembatan. Aku langsung mandi dan Plaza Depok untuk beliin kado buat Kiki. Aku pergi bersama adikku Danang. Kami berdua beli Al- Qur’an dan satu novel setelah itu aku pulang ke Mini Market adik ku membeli makanan kecil dan kami berdua pulang naik ojek, aku langsung membukus kado dengan kertas kado lalu aku telepon Riki tetapi Rikinya tidak ada lalu aku telepon ke Hpnya tapi yang angkat cewenya dan aku matiin aja.


Aku kirim sms lewat Hp saudaaraku aku bilang telepon aku jam setengah sembilan dan dia telepon.

“ halo Astrinya ada ? “, tanya Riki.

“ ni Astri. Oh ya Ki diudang ma Kiki ke ulang tahunnya sekarang Riki bisa datang ga ? “, tanya aku.

“ sory ya adenya endah ulang tahun jadi aku ga bisa datang ke ulang tahun Kiki jadi Riki nitip salam aja ya sama yang lainnya “, jelas dia sambil menutup teleponnya.

“ ya udah ya Tri. Assalamu’alaikum “, tambahnya.

“ ya udah wa’alaikumsalam “, jawabku malas.

Jujur aku mengajak Riki hanya untuk pamer pada Arie karena disangka aku ingin balik lagi sama Arie. Ya cukup kecewa dan jadinya malas datang, setelah Riki menelpon aku langsung berangkat dengan naik ojek. Disana kulihat sudah ada Arie dan kawan – kawannya pacar Kiki jadi udah rame aku masuk dan memberikan kado yang kubelikan tadi sore.

“ hi met ulang tahun ya “, kataku.

“ ya makasih ya “, jawab Kiki.

“ Astri makan sana “, suara Ibu Kiki terdengar dari dalan.

“ ya Tante “, jawabku singkat.

“ Sandra mana Ki ? “, tanyaku.

“ ga tahu dia belom datang kok “, jawab Kiki.

Setelah aku mengobrol aku makan dengan teman – temanku dan aku mengajak Arie dan sepertinya dia masih marah dengan ku.

“ lo ga makan “, tanyaku, tapi dia hanya bisa terdiam dan aku yang malah diledek sama teman – teman.

“ kok gw ga ditawarin masa Arie doang “, ledek Jay.

Aku hanya bisa tertawa kecil.

“ Tri Erwin mana ? “, tanya Ibunya Kiki.

“ ga tahu Tante“, jawab ku.

“ tolong cariin gih ma Jay “, pinta Ibunya Kiki.

“ ya udah Tante astri jalan “, jawab ku.

“ sekalian ajak Kiki “, tambah Ibunya Kiki.

Dalam sekejab aku sudah berada diluar dengan Jay dan Kiki sedang minta izin dengan Mul kekasihnya, kami berangkat sambil mengobrol.

“ ih nyusahin aja sih ki si Erwin kan gw mau makan “, aku mengerutu.

“ mang abis dari tadi dia ga mau gabung ma anak – anak dan ngeliatin anak – anak nya sinis lagi “, tambah Jay.

“ mang nyusahin biarian aja. Ah bodo amat “, Kikipun kesal.

Kami sudah berjalan hingga pertigaan rumah Kiki.

“ dah balik aja orang kayak gitu dicariin “, jawabku kesal.

Lalu kami pulang dan langsung makan bersama sambil mengobrol. Dan tak berapa lama setelah aku nonton Rahmad datang dan dia tersenyum padaku aku membalas senyuman itu. Kenangan itu muncul lagi dalam benak ku sesaat terdiam.

Aku duduk disamping Erwin yang kebetulan sudah pulang. Erwin kebelakang dan mengambil makanan dan kembali ke tempat duduk semula dan dia menawariku.

“ makan de “, kata Erwin.

Aku hanya bisa tersenyum kecil dan aku kesal.

“ panggil gw ade lagi mang kapan nyokap gw ngeluarin anak kaya lo “, gerutu ku dalam hati. Dan dikagetkan oleh kata Ibunya Kiki.

“ Tri Kiki mana ? “, tanya Ibunya Kiki.

“ ada diluar sama Mul “, jawab ku santai.

“ beli cola – cola sana sama Kiki “, kata Ibu Kiki.

“ Ki nyokap lo panggil “, kata ku.

Tak lama Sandra datang dengan Febri kekasihnya dan saat itu aku sedang ngobrol dengan Kiki dan Mul.

“ Ki itu yang namanya Erwin “, sambar Sandra setelah masuk kedalam untuk salaman dengan Ibunya Kiki.

“ ih jutex amat Ki “, tambah Sandra.

“ emang dari tadi menyusahin tau ga “, kata ku.

“ mang dia ngapain “, tanya Sandra penasaran.

Aku menceritakan semua bersama Kiki disana sambil membeli cola – cola, Sandrapun mulai kesal.

“ mendingan kita pukulin bareng – bareng yuk “, kata Sandra kesal.

“ gw ikut “, tambahku.

“ udah jangan diladenin orang kaya gitu “, kata Mul pelan yang dari tadi mendengar percakapan kami.

“ jangan dikeluarin nanti aja kalo udah malam – malaman “, kata Ibunya Kiki.

Sesaat kami terdiam dan aku kedalam untuk mengambil air minun dan karena aku malas duduk samping dia aku duduk bareng Rahmad. Awalnya aku hanya ngobrol dengan Budi dan Ende tapi aku sempat menatapnya dan dia membalas tatapan ku dengan senyum.

“ sok tahu banget mang ga ada yang lain lagi yang diomongion ya “, Rahmad kesal.

Aku dan Ende hanya bisa saling menatap.

“ oh ya gimana kabar Indah “, tanyaku.

“ yah Indah mulu “, ledek Ende.

“ mang ngapa De “, tanyaku tapi Ende hanya bisa tersenyum padaku.

“ gimana ma Arie “, Rahmad tanya.

“ lo ngomongin dia lagi gw pulang nih “, jawabku kesal.

“ yah udah “, jawabnya sambil tersenyum.

Disana aku jadi bahan ledekan anak – anak karena orang yang pernah kusuka dua – duanya ada disana. Kesalku lagi si Jay juga ikut godain karena itu aku hanya bisa terdiam dan tersenyum kesel.

“ duh Astri pantesan anteng ada Rahamad “, ledek Fajar.

“ Hee hee”, aku tersenyum kesel.

Rahmad yang dari tadi melihatku bertingkah aneh karena disitu juga ada Arie.Rahmad pun tersenyum melihat tingkahku. Karena Jay pindah aku jadi pindah ke bangku sebelah sambil ngobrol.

“ lo bener – bener putus sama Indah “, tanyaku.

“ Iya “, jawabnya singkat.

“ gimana cowo lo ? “, tanya Rahmad.

“ udah males semuanya sama aja “, jawabku.

“ eh gw ga sama lho “, bela Rahmad.

“ sama aja pernah nyakitin hati w “, jawabku.

“ kapan gw nyakitin hati lho “, tanya Rahmad.

Ende yang dari tadi hanya bisa mendengarkan kami dia tersenyum lalu bergabung dengan kelompok Jay dan Gendom yang dari tadi hanya asyik dengan Hpnya.

Sesaat aku terdiam karena mengenang tiga hari bersamanya di cilember, Cisarua.

“ waktu itu lo bilang lo da putus ma Mega dan lo dah males pacaran ma dia “, aku mulai mengenang.

“ yang mana gw ga ingat “, jawabnya.

“ ingat ! waktu lo ngasih gw surat yang tintanya warna merah yang isinya, lo nyangka gw marah sama lo dan lo ga akan ngelupain apa yang terjadi di Cilember “, jelasku.

“ emang “, dia makin penasaran.

“ waktu pulang lo bilang ma gw, gw bukan hanya pelarian semata. Itu saat liburan sekolah tapi beberapa minggu saaat masuk sekolah lo belom mutusin gw tapi lo mlah deket sama anak Smk. Wakktu gw tanya gimana hubungan kita lo jawab ga tau ya udah gw diemin “, jelasku panjang lebar.

“ iya semuanya mang bener tapi lonya aja “, jawabnya.

“ gw kenapa “, tanya ku.

Pembicaraanku terputus karena dia mau pulang.

“tunggu berapa nomor telepon lo ? “, tanyaku cepat.

Aku catat di Hpnya Kiki dan kuberi nama Amad. Karena aku tak yalkin kalo dia udah putus dengan Indah, aku berlari keluar.

“ loga boong lo dah putus ma Indah “, tanyaku.

“ Iya “, jawabnya singkat.

“ demi apa “, tanyaku lagi.

“ demi lo “, jawabnya sambil memegang tangaku.

Saat kulihat kedepan ada Arie yang sedang mengobrol dengan temanya. Aku acuh terhadap Arie karena senyuman dan genggeman tangannya membuat jatuh hati lagi padanya.

Satu persatu anak – anak pada pulang dan yang tinggal hanya aku, Jay, Mul, Sita dan teman – teman Mul. Disana kami ngobrol hingga Mul pamit pulang dan jam sudah menujuk jam satu malam. Abis itu aku beres – beres dan menunggu Ayah Kiki yang belom pulang dari kondangan aku menunggu sambil menonton Tv, tak lama Ayah Kiki pulang aku dan Kiki pindah kekamar Kiki diatas disana Kiki cerita.

“ Ki, mang bener ya Arie di duainma cewenya “, tanyaku.

“ Iya tadi sebelom lo datang dia cerita ma gw “, jawabnya.

Aku bingun dan aku menceritakan semuanya waktu aku ngobrol ma Rahmad.

“ Iya Tri dia bilang begitu“, Kiki heran.

“ Iya “, jawabku singkat.

“ bearti dia minta balik “, kata dia.

Sesaat ku terdiam memikirkan apa yang terjadi.

“ dah tidur ga usah dipikirin mang bigitu, bingun milih siapa ya? “, tambahnya.

Aku hanya bisa menatap Kiki dan aku tidur pulas disana. Jam setengah eman aku bangun aku kesiangan, lalu aku sholat subuh dan liatin Kiki yang sedang nyapu.

“ yah pagi – pagi bengon udah ga usah bengon pilih aja dua – duanya “, kata Kiki mengagetkanku.

Aku masih bingun apakah benar yanh terjadi semalam yang Rahmad minta balik padaku dan Arie yang sudah putus dengan cewenya. Aku pulang dianterin pakai motor dan saat aku tidur aku belum percaya apa yang terjadi dan aku berpikir aku ini milik siapa.

Mungkin hati ini hanya untuk satu hati

Tapi apa daya cinta telah melanda hati

Ingin kularikan hati tuk tak ingin mengenal cinta lagi

Aku hidup dalam kasih sayang

Bukan untuk cinta manusia

Tapi untuk Dia yang memberikan cinta

Jagakarsa, 16 juni 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar