Jumat, 08 Januari 2010

Kangen

Hari – hari terasa begitu sepi saat Edi pindah rumah dan sibuk bekerja. Entah kenapa hati ini rindu ingin sekali bertemu dan bercanda tawa dengannya, sudah sebulan Edi meninggalkan ku unuk sebuah pekerja dan tanpa kabar Edi pergi bagai ditelan bumi. Malam ini aku bermimpi bertemu Edi, aku bercanda tawa dan bermain di sebuah tempat hiburan di jakarta. Siapa sangka pagi harinya aku bertemu dengan Edi, senyumannya yang khasnya terlempar dari wajah manisnya walaupun hanya bertemu sebentar dengan dirinya. Aku melihatnya saat dia sedang duduk dipinggir kali dan berbicara dengan temannya lalu aku menghampirinya dan duduk disampingnya dan ngobrol sebentar.

“ hi, apa kabar ? “, tanya ku.

“ baik “ jawab Edi singkat.

“ baru bangun ya “, tanya ku lagi sambil menatap wajahnya yang terlihat letih.

“ ya “, jawaban yang sangat singkat keluar dari mulut Edi.

Tak lama aku mengobrol Yudhi datang dan aku pergi karena aku tak suka melihat tingkahnya.Saat malam datang aku senang melihat gaya Edi dengan memakai celana olah raga dan kaos putih serta langkahnya yang tegap membuatku kagum dan membuatku kehilangnya karena keceriaannya membuat hidupku leih ceria karena sosok Edi yang menjadikan aku seorang yang tegar da tidak cegeng. Lalu kulihat cicin yang pernah kuminta saat aku ulang tahun waktu aku masih bersamanya tiga tahun yang lalu masih melekat dijari tengahku. Kupandangi cicin itu dan kenangan pun mulai muncul dalam lamunanku.

“ halo Indahnya ada “, tanya Edi.

“ Ya ni aku, ada apa Di “, jawab aku tanpa menanyakan namanya terlebih dahulu karena aku tak asing lagi dengan suaranya.

“ kapan ujian “, tanya Edi.

“ aku udah ujian tinggal nunggu pengumuman. Kenapa ? “, jawab ku.

“ ga cuma nanya trus kapan pengumumannya ? “, tanya Edi.

“ tanggal 30 juni “, jawabku.

Tapi sedang asyik – asyik aku ngobrol dengan Edi telepon kantornya berbunyi tanda ada telepon masuk jadi aku ngobrol hanya sampai sini lalu Edi menutup teleponnya.

” ada telpon masuk tuh!”, ucap Edi.

” udah biarin aja”, jawab Indah.

” ga boleh gitu terima dulu sana, siapa tau penting. Ya dah ya.”, uca Edi sambil menutup telponnya.

Entah kenapa aku merasa kesepian saat Edi pindah rumah dan sudah beberapa hari Edi tidak telepon ku dan tidak main kerumahku. Tepatnya pada minggu ketiga bulan juni, hati ini mulai enar-benar merindukan canda tawanya dan senyuman manisnya. Malamn ini aku bermimpi bermain dengannya, entah kenapa aku rindu padahal aku sudah punya kekasih dan aku pun sayang terhadap kekasihku. Tapi kenangan yang Edi berikan padaku tak kunjung hilang. Saat dianyer, saat dicibubur, saat aku sedih, saat aku senang dengannya, perlahan aku ingin bertemu dengannya tapi Edi terlalu sibuk dan tak mau bertemu denganku karena aku sudah punya kekasih. Kring…….kring… handphoneku berdering, ternya namaya Edi yang muncul dalam ponselku lalu langsung aku angkat.

“ hi dah, lagi ngapain ? “, tanya Edi.

“ lagi nonton “, jawabku.

“ ga kerja ? “, tanya aku balik.

“ ga baru bangun tidur “, jawab nya.

“ kok ditempat kerja tidur sih, emang ga dimarahin ? “, tanya aku sewot.

“ kan ga ada yang kerja jadi cuma jagain aja “, jawab Edi.

“ tapi hari minggu bisa ikutkan main volley ? “, tanya aku.

“ ga. kan gw kerja “, jelas Edi.

“ kok lo ga bilang kalo ga ikut kalo gitu gw ga ikut “, jawab.

“ emang kenapa ? “, tanya Edi.

“ gw juga males tau habis ga ada lo “, jawab ku memelas.

Sejenak terdiam Karena ada telepon masuk dan kami berdua ganti topik.

“ nanti malam ada rapat datang ya kalo ga datang gw marah sama lo “, pinta ku.

“ nanti gw pulang malam gw ga bisa “, jawabnya nyatai.

“ ok sekarang lo gitu, udah rumah pindah ga pernah telepon, ga pernah main dan sekarang lo sombong. Mentang – mentang rumah lo pindah, lo jadi sombong ma gw dan sok sibuk lagi “, jelasku sewot.

“ gw ga mau tahu nanti malam lo harus datang kalo ga gw marah sama lo “, tambah ku.

“ insya Allah “, jawabnya lemas.

“ ga niat banget jawabnya “, aku sewot lagi.

“ udah dulu ya “, Edi potong pembicaraan.

“ ya udah. Da da “, jawab ku.

Tak terasa aku lupa mengepel rumah dan kerjaanku ku percepat karena aku harus latihan Volley lagi untuk pertandingan besok. Malampun tiba aku datang rapat dan aku duduk dipojok. Saat aku berbicara dengan temanku, tak sengaja aku mendengar suara yang tak asing lagi bagiku dan teakan ku tak meleset dan Edi datang, dan dia tersenyum padaku. Saat itu aku hanya bisa mendengar suaranya dan tak bisa menatap wajahnya tapi sesekali aku memalingkan mataku kehadapannya.

Saat rapat selesai dia begitu cepat pulang dan aku tak sempat untuk ngobrol dengannya. Malamnya aku latihan nyanyi untuk tujuh belasan nanti ersama teman-teman karang taruna. Aku pulang jam 12 malam aku langsung tidur. Hari minggu yang melelahkan bagiku harus latihan volley, mengaji dan pertandingan volley. Aku berharap salah satu dari penonton Edi datang dan saat ku pandanganku mengelilingi lapangan ternyata Edi tak datang serta kekasihku pun tak datang. Akupun tak bersemangat sekali untuk pertandengan kali ini dan aku hanya bisa melemparkan senyum kecil. Aku berteriak – teriak mendukung Rtku dan untuk menghilangkan kejenuhanku. Saat pulang badan dan tanganku terasa amat sakit karena belum sering main volly jadi bengkak. Sesampaiku di rumah aku telepon Edi ternyata di belum tidur. Aku ngobrol saja sama dia.

Keheningan malam membuat aku jauh dan

Rasa yang dulu takut ku rasakan akhirnya kurasakan

Mentari jauh dalam kegelapan

Hati ang hidup kini tlah lumpuh….

Ingin ku cari tongkat untuk bersandar

Namun ku jatuh lagi…

Akupun mencoba menata hatiku lagi

Tapi tak pernah bisa

Karena kenanganmu terlalu indah untuk ku lupakan

“ hi, kemarin kok ilang gitu aja sich mang kemarin kemana ? “, tanya ku tanpa basa basi.

“ pulang soalnya udah malam “, jawab Edi.

“ kok ga bareng sich gw kan mo ngobrol sama lo “, tanya ku.

“ nanti yang dirumah marah lagi “, jawab Edi.

“ biarin aja, abis dia seharian ga ada dirumah “, jawab ku sewot.

“ mang kemana ? “, tanya Edi.

“ ga tahu “, jawabku malas.

“ lagi nonton ya “, tanya ku.

“ iya “, jawabnya singkat.

“ kayanya seru yang ditonton dari pada yang diajak omong “, aku mulai sewot.

Aku ga tahu dia jawab apa habisnya telepon ku rada – rada rusak jadi ga kedengeran.

“ gw nelepon lo kan mo ilangin bt tapi malah diledekin ma lo jadi tambah bt tau “, lanjut ku sewot.

Ga lama kemudian Edi mematikan TVnya. Sejenak aku terdiam, aku menyinggung hal yang kemarin.

“ mentang – mentang gw dah punya cowo trus gw ga boleh ngobrol sama lo ga boleh jalan sama lo “, aku marah. Entah dia jawab apa karena teleponku rusak.

“ cicin lo aja bisa 3 tahun sama gw tapi lo ga bisa sich “, lanjut ku.

“ besok pulang jam berapa ? “, tanya ku.

“ jam 5 “, jawabnya singkat.

“ gw ga mau tau besok lo main kesini “, kataku sambil manja.

“ insya Allah “, jawabnya lemas.

“ ih ga niat banget ya, gw ga mau tau lo harus datang kalo ga gw marah “, jawab ku kesal.

“ kan cape jalan kesana “, jawab nya.

“ sekarang bukan aja sok sibuk tapi juga banyak alasan ya “, jawabku sewot.

Karena ada telepon masuk aku menyudahinya.

“ gw ga mau tau besok datang kalo ga gw marah ga pake banyak alasan. Ya udah ada telepon masuk da da “, pintaku.

Ternyata dari Riki teman ku yang ku kenal lewat chatingan dan dia bilang Ibunya masuk rumah sakit.Sesudah itu aku tidur dan sambil kupandangi cicin yang Edi beri padaku. Apakah sampai disini sebuah kasih sayang yang sudah terjalin sejak padangan pertama, aku sadar mungkin aku sayang padanya tapi sayang aku sudah punya kekasih dan apakah salah aku menyayangin dua orang lelaki yang dapat mengubah hidupku. Aku tanya kabar Edi, kepada sodaranya dan ternyata dia sudah pindah ke Bekasi. Mungkin saat itu aku kaget mendengarnya, karena dia tidak pernah telepon aku lagi tapi, dia telepon kerumah saat aku tak ada dirumah. Mungkin rindu ini hanya dapat kupendam dan ingin kukatakan lewat malam dingin dan burung merpati katakan padanya bahwa aku rindu padanya.

Andai dunia tahu siapa jodohku

Pasti aku kan setia

Andai kau tahu aku merindu

Pasti kau kan datang

Kan kubawa rindu ini melalui merpati kecil

Agar mengatakan bahwa aku rindu

Bawa aku keduniamu

Datanglah kasih

Srengseng Sawah, Juni 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar